Opini  

Cerita Libur Anak Rantau

Prof. Hj. Isnawijayani, MSi, Ph.D

WartaMusi – Hari Raya Lebaran biasanya selalu identik dengan mudik ke tanah kelahiran. Anak perantau berbondong-bondong memadati tempat-tempat transportasi. Momen yang paling dirindukan ketika sedang merantau yaitu berkumpul dengan keluarga. Namun, berbeda rasanya dikarenakan ada kendala dari pekerjaan kantor yang padat.

Jarak dengan keluarga dan tanah perantauan sangatlah jauh akan tetapi tidak pernah menghalangi rasa kasih sayang untuk seorang ibu.

Di kala sedang sibuknya bekerja untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga, ibu tidak pernah lupa mencoba berkomunikasi lewat telepon hanya untuk sekadar menanyakan kabar.

Tak ada yang lebih hangat dari pelukan seorang ibu. Tidak peduli seberapa dewasanya seorang anak, ia akan selalu merindukan hangat ibunda tercinta.Pelukan hangat, yang tidak dapat dilakukan saat itu lantaran seorang anak yang berbakti harus mengadu nasib di kota lain agar dapat membahagiakan kedua orang tuanya kelak.

Sejak kecil memang saya lebih dekat dengan Ibu, karena Ayah terlalu sibuk dengan kerjaannya. Biasanya, saya mudik ke Palembang, Sumatera Selatan saat lebaran bersama keluarga. Sosok ibu memang sangatlah beharga untuk sang anak, karena dengan kekuatan doa ibu saya dapat melaluinya. Ibu juga lah yang mengajarkan arti kesukesan ketika menginjak di tanah rantau.

Aku memang tidak pernah mengatakan secara langsung kepadanya bahwa dialah salah satu orang yang paling kukagumi. Wah, jika ia mendengarnya langsung, aku pasti habis diejek olehnya. Biar bagaimana pun, aku selalu berdoa agar ia sehat selalu dan menyaksikanku meraih mimpi-mimpiku.

Tanpa mengenal rasa bosan dan lelah untuk selalu mengingatkan dan memberi nasihat untuk anak pertamanya di kala dirinya mengalami sebuah ketidak percayaan diri terhadap kehidupannya. Tanpa pernah mengeluh lelah sedikit pun kau ajarkan anakmu arti kesabaran, keikhlasan, serta ketulusan hidup.

Idulfitri nanti yang berarti kembali ke fitrah, itulah arti sebenarnya.

Idulfitri dijadikan ajang silaturahim dengan fashion, makanan dan minuman yang sedikit elegan. Momen Idulfitri juga dijadikan umat islam sebagai hari berkumpulnya sanak keluarga. Hari dimana semua orang saling berjabat tangan, tersungkur didepan kedua orangtua untuk meminta dan memohon maaf.

Tentu saja tidak mudah menjalani lebaran nanti tanpa keluarga di tanah rantau. Namun selalu ada hikmah yang didapatkan, Subiran lebih merasakan khusyuknya lebaran ketika menyendiri di kantor dan kosan. Setidaknya kiriman ketupat dan opor ayam dari tetangga kosan dan teman didesa ini cukup menghibur dan menyadarkan bahwa hidup harus peduli akan sesama.

Untungnya saja saat ini teknologi komunikasi sudah canggih. Kita bisa medengar suara bahkan melihat foto atau video call melalui smartphone. Meski tidak bertatap muka secara langsung, setidaknya bisa saling melepas kerinduan dan saling bermaafan.

Penulis: Prof. Hj. Isnawijayani, MSi, Ph.D

Mahasiswa : Witanto Damayansyah, S.Kom.

UAS Manajemen Industri dan Bisnis media

MK. : Manajemen Industri & Bisnis Media

Dosen : Dr. Moh. Hafizni, M.I.Kom