WartaMusi – Ratusan hektar perkebunan karet milik masyarakat Desa Suka Mukti (C3) Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir terendam banjir sejak sebulan terakhir.
Banjir tersebut diduga akibat dari ditutupnya saluran air atau gorong-gorong yang ada di perusahaan sekitar yakni Gunung Tua Abadi (GTA).
Dari informasi yang dihimpun dari masyarakat sekitar, pembuatan kanal oleh perusahaan telah dilakukan sejak dua tahun yang lalu.
Dimana setiap datang musim penghujan, seluruh lahan warga tidak dapat dilakukan pemahatan (nyadap). Dengan begitu cukup berdampak terhadap ekonomi masyarakat sekitar.
“Sudah lebih satu bulan menganggur karena tidak bisa menyadap karet seluas 1,5 hektar, padahal itu merupakan pendapatan utama saya dan harus hilang pemasukan perbulan sekitar Rp 4 juta sampai Rp 5 juta rupiah,” ungkap Santoso dengan nada kecewa.
Lebih lanjut disampaikan, jika ratusan hektar lahan yang terdampak tersebar beberapa Desa antara lain Suka Mukti, Balian Makmur, Mekar Wangi dan Karya Mukti.
Menurut Santoso, penyebab utama banjir dikarenakan kondisi gorong-gorong yang tertutup hingga air meluap naik ke lahan perkebunan masyarakat.
“Jadi sekitar 2 tahun lalu, perbatasan C3 dan perusahaan GTA dibuatkan jalan akses perkebunan. Lalu jalan tersebut dibuatkan gorong-gorong tetapi semua gorong-gorong ditutup. Jadi aliran air cuma satu arah dialirkan ke jembatan yang lebarnya hanya 15 meter,”
“Jadi air yang datang dari sungai Desa Dabuk Rejo (Mesuji) larinya kesitu semua, berhubungan aliran air sempit otomatis meluap ke kebun masyarakat,” ungkapnya.
Harapannya, jika seluruh gorong-gorong dibuka mudah-mudahan jalan air bisa lebih maksimal.
“Jadi saat memasuki musim penghujan kebun karet masyarakat kebanjiran sedangkan kebun sawit milik perusahaan kering (tidak banjir), malahan gorong-gorong yang ada ditambah plat sehingga bertambah rapat tutupan gorong-gorong itu,” bebernya.
Dengan adanya musibah banjir seperti ini, pendapatan masyarakat jauh menurun drastis, untuk biaya makan sehari-hari saja sulit terpenuhi.
“Semenjak kebun karet terendam banjir, saya tidak ada pekerjaan lagi. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga bingung, apalagi sekarang masih masuk musim penghujan,” jelasnya tidak dapat berbuat banyak.
Tindakan demi tindakan sudah dilakukan masyarakat. Namun dikatakan Supran hingga saat ini belum menemui titik terang.
“Tahun 2020 lalu saya bersama masyarakat sudah pernah membuka salah satu gorong-gorong, tetapi ada TNI ngepam (pengamanan) marah-marah dan mengatakan kalau warga merusak kebun milik mereka,”
“Setelah itu masuk musim kemarau dan masyarakat berhenti mempermasalahkannya, tetapi sekarang masuk lagi musim penghujan jadi kami menuntut pihak perusahaan agar membuka gorong-gorong tersebut,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Suka Mukti, Supran menerangkan telah beberapa mengajukan kepada pihak perusahaan agar mencarikan solusi terkait permasalahan tersebut.
“Sebenarnya permasalahan ini sudah berlangsung 2 tahun terakhir, tetapi ditahun 2020 lalu sebanyak 50 hektar kebun karet disini juga mengalami banjir sekitar beberapa hari,”
“Barulah diakhir tahun 2021 musim hujan cukup lama dan sekitar 1 bulan lebih kebun warga kebanjiran. Sampai hari ini air terus menggenangi kebun,” tegas Kades.
Dikatakan kembali, perusahaan yang seharusnya bersinergis dengan masyarakat desa sekitar. Justru mempersulit dan mau untung sendiri.
“Memang tahun lalu perusahaan meminjamkan sebuah alat excavator untuk cuci kanal (pembersihan kanal), tetapi pengajuan kami untuk membuka aliran gorong-gorong hingga saat ini tidak dipenuhi,” keluhnya.
“Sudah beberapa kali diajukan permohonan tetapi bisa dikatakan sampai sekarang tidak ada tanggapan dari pihak perusahaan, kami sangat kecewa,” tutupnya.
Sementara itu, Fajar selaku Humas PT. Sampoerna Agro Tbk tidak dapat memberikan komentar.
“Maaf saya lagi cuti, nanti coba di tanyakan kepihak kebun dulu ya,” ujarnya singkat.(Endi)